Saya tidak tahu mulai dari mana, intinya saya ingin bercerita tentang sebuah film yang baru saya tonton, Ada Apa dengan Cinta 2 (AADC2). Merupakan film sekuel setelah 14 tahun lamanya dari film pertamanya yang rilis tahun 2002. Menceritakan kelanjutan kisah tokoh-tokoh dalam film lamanya setelah bertahun-tahun berlalu. Sebenarnya saya tidak telalu yakin saat diajak untuk menonton film ini. Karena, saya tidak tahu cerita film pertamanya, saya sedang sibuk, dan saya sedang tidak mood untuk menonton di bioskop. Tapi karena secuil rasa penasaran tentang film yang sangat booming di masanya dulu, akhirnya saya menonton juga.
Berdasarkan beberapa artikel yang saya baca, tokoh utamanya Cinta (Dian Sastrowardoyo) dan Rangga (Nicholas Saputra) menjalani hubungan jarak jauh karena setelah lulus SMA Rangga melanjutkan studi di luar negeri. Berbekal sepotong informasi ini, saya mencoba menebak-nebak cerita pada film sekuelnya ini. Mulai dari mengira-ira pemerannya, karakternya sampai alur ceritanya.
Ringkasnya, Rangga memutuskan hubungannya dengan Cinta tanpa memberi penjelasan melalui sepucuk surat. Mereka telah menjalani kehidupannya masing-masing. Cinta baru saja dilamar pacarnya, Trian, dan Rangga masih di New York menjalankan usaha kafe kecil bersama temannya. Pada satu kesempatan Cinta merencanakan liburan ke Yogyakarta bersama anggota genknya yang tinggal berempat, Maura, Milli dan Karmen (Alya diceritakan sudah meninggal karena kecelakaan). Sedangkan Rangga didatangi adiknya yang memintanya pulang karena sang ibu tidak sehat (Kisah keluarga Rangga seharusnya lebih jelas pada film pertamanya. Di sini hanya disebutkan sang ibu meninggalkan Rangga), kemudian Rangga memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
Dengan sedikit campur tangan teman-temannya, Rangga dan Cinta bertemu kembali. Rangga meminta maaf dan menjelaskan alasannya dulu memutuskan Cinta.
Saat itulah mereka menghabiskan waktu bersama di Yogya seharian. Mereka sama-sama menikmati kembali kebersamaan yang dulu mereka rasakan walau mereka saling meyakinkan bahwa itu adalah pertemuan mereka yang terakhir.
Saat berpisah, Cinta tak kuasa mencium Rangga dan kemudian menyesalinya. Cinta kembali ke Jakarta, Rangga menemui ibunya. Tak bisa bercerita tentang pertemuannya dengan Rangga pada Trian, Cinta menjadi gelisah apalagi saat Rangga menghubunginya lagi untuk meminta bertemu di Jakarta. Memaksakan kedatangannnya Rangga terang-terangan meminta Cinta menjalin hubungan lagi. Cinta langsung menolak, Rangga dengan berat hati kembali ke New York. Di saat yang sama Trian datang dan akhirnya mengetahui keberadaan Rangga.
Akhir cerita Rangga menjalani kehidupannya seperti biasa di New York. Tapi tak disangka setelah satu bulan Cinta datang menemui Rangga di New York. Cinta menjelaskan bahwa ia berbohong sebelumnya dan merasa tidak bisa menjalani hidup tanpa Rangga. Mereka kemudian berciuman di jalan pejalan kaki sebuah taman di New York.
Menurut saya, akting semua pemerannya sangat memukau. Dian dapat menampilkan sisi wanita karirnya saat awal film, sikap marahnya karena perlakuan Rangga dan sikap kasmarannya saat bersama Rangga. Nicholas pun berperan apik saat ia merasa kesepian hidup di New York, sikap merayunya pada Cinta tak bisa menahan diri, bahkan membawa saya ikut terharu saat perjumpaannya dengan ibu Rangga. Para pemain pendukung juga berperan sangat baik. Teman-teman genk yang bersikap silly, caring dan serius. Trian (Aryo) yang bersikap businessman sibuk. Dan para pemain pendukung kecil seperti pedagang dan penjaga toko berperan tidak kaku. Hanya saja saya masih terbayang peran Aryo pada salah satu actingnya di tv series Halfworlds sebagai Juragan, bossy gitu.
Salah satu hal yang menjadikan film ini menarik dan dikenal banyak orang adalah puisi-puisi Rangga. Belum-belum, penonton akan disuguhi puisi Rangga yang menceritakan hidupnya sekarang. Salah satu bait yang saya ingat dan terngiang terus adalah ‘panas di kening, dingin dikenang’ yang menggambarkan kerinduannya akan Cinta. Bait lain yang juga terngiang, dilantunkan saat film akan berakhir yaitu ‘mudah mencintai banyak orang, tapi sulit melupakan satu orang’. Hampir sepanjang film Rangga melantunkan puisi-puisinya. Bahkan menyatakan keinginannya kembali bersama Cinta melalui puisi sebelum akhirnya mengatakannya terang-terangan pada Cinta.
Secara keseluruhan film ini sangat bagus. Salah satu film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton menurut saya. Baik storyline (yang sempat saya tebak-tebak tapi ternyata salah), musik, karya sastra yang terkandung di dalamnya, sinematografi juga animasi grafis yang sempat disuguhkan saat awal film tentang film pertamanya.
Berdasarkan beberapa artikel yang saya baca, tokoh utamanya Cinta (Dian Sastrowardoyo) dan Rangga (Nicholas Saputra) menjalani hubungan jarak jauh karena setelah lulus SMA Rangga melanjutkan studi di luar negeri. Berbekal sepotong informasi ini, saya mencoba menebak-nebak cerita pada film sekuelnya ini. Mulai dari mengira-ira pemerannya, karakternya sampai alur ceritanya.
Ringkasnya, Rangga memutuskan hubungannya dengan Cinta tanpa memberi penjelasan melalui sepucuk surat. Mereka telah menjalani kehidupannya masing-masing. Cinta baru saja dilamar pacarnya, Trian, dan Rangga masih di New York menjalankan usaha kafe kecil bersama temannya. Pada satu kesempatan Cinta merencanakan liburan ke Yogyakarta bersama anggota genknya yang tinggal berempat, Maura, Milli dan Karmen (Alya diceritakan sudah meninggal karena kecelakaan). Sedangkan Rangga didatangi adiknya yang memintanya pulang karena sang ibu tidak sehat (Kisah keluarga Rangga seharusnya lebih jelas pada film pertamanya. Di sini hanya disebutkan sang ibu meninggalkan Rangga), kemudian Rangga memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
Dengan sedikit campur tangan teman-temannya, Rangga dan Cinta bertemu kembali. Rangga meminta maaf dan menjelaskan alasannya dulu memutuskan Cinta.
Rangga... Apa yang kamu lakukan ke saya itu.. JAHAT.
Saat itulah mereka menghabiskan waktu bersama di Yogya seharian. Mereka sama-sama menikmati kembali kebersamaan yang dulu mereka rasakan walau mereka saling meyakinkan bahwa itu adalah pertemuan mereka yang terakhir.
Saat berpisah, Cinta tak kuasa mencium Rangga dan kemudian menyesalinya. Cinta kembali ke Jakarta, Rangga menemui ibunya. Tak bisa bercerita tentang pertemuannya dengan Rangga pada Trian, Cinta menjadi gelisah apalagi saat Rangga menghubunginya lagi untuk meminta bertemu di Jakarta. Memaksakan kedatangannnya Rangga terang-terangan meminta Cinta menjalin hubungan lagi. Cinta langsung menolak, Rangga dengan berat hati kembali ke New York. Di saat yang sama Trian datang dan akhirnya mengetahui keberadaan Rangga.
Akhir cerita Rangga menjalani kehidupannya seperti biasa di New York. Tapi tak disangka setelah satu bulan Cinta datang menemui Rangga di New York. Cinta menjelaskan bahwa ia berbohong sebelumnya dan merasa tidak bisa menjalani hidup tanpa Rangga. Mereka kemudian berciuman di jalan pejalan kaki sebuah taman di New York.
Menurut saya, akting semua pemerannya sangat memukau. Dian dapat menampilkan sisi wanita karirnya saat awal film, sikap marahnya karena perlakuan Rangga dan sikap kasmarannya saat bersama Rangga. Nicholas pun berperan apik saat ia merasa kesepian hidup di New York, sikap merayunya pada Cinta tak bisa menahan diri, bahkan membawa saya ikut terharu saat perjumpaannya dengan ibu Rangga. Para pemain pendukung juga berperan sangat baik. Teman-teman genk yang bersikap silly, caring dan serius. Trian (Aryo) yang bersikap businessman sibuk. Dan para pemain pendukung kecil seperti pedagang dan penjaga toko berperan tidak kaku. Hanya saja saya masih terbayang peran Aryo pada salah satu actingnya di tv series Halfworlds sebagai Juragan, bossy gitu.
Salah satu hal yang menjadikan film ini menarik dan dikenal banyak orang adalah puisi-puisi Rangga. Belum-belum, penonton akan disuguhi puisi Rangga yang menceritakan hidupnya sekarang. Salah satu bait yang saya ingat dan terngiang terus adalah ‘panas di kening, dingin dikenang’ yang menggambarkan kerinduannya akan Cinta. Bait lain yang juga terngiang, dilantunkan saat film akan berakhir yaitu ‘mudah mencintai banyak orang, tapi sulit melupakan satu orang’. Hampir sepanjang film Rangga melantunkan puisi-puisinya. Bahkan menyatakan keinginannya kembali bersama Cinta melalui puisi sebelum akhirnya mengatakannya terang-terangan pada Cinta.
Secara keseluruhan film ini sangat bagus. Salah satu film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton menurut saya. Baik storyline (yang sempat saya tebak-tebak tapi ternyata salah), musik, karya sastra yang terkandung di dalamnya, sinematografi juga animasi grafis yang sempat disuguhkan saat awal film tentang film pertamanya.
Komentar
Posting Komentar